Para Perempuan di Jantung Perguruan Tinggi UMY

21 April 2023, oleh: Admin LRI

Harianjogja.com, JOGJA— Lembaga Riset dan Inovasi (LRI) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) merupakan salah satu lembaga penting. Bahkan bisa dibilang sebagai jantungnya perguruan tinggi karena mahasiswa dan kampus identik dengan riset, jurnal, publikasi, dan juga hak kekayaan intelektual.

LRI UMY yang mengemban tugas meningkatkan penelitian berdampak, meningkatkan publikasi bereputasi dan produk teknologi telah  memberikan makna secara sosial, ekonomi, dan politik bagi bangsa bersama mitra strategis dan civitas akademika UMY.

Pada 2021 UMY menguatkan bidang riset, publikasi dan inovasi dengan membentuk LRI, kemudian LP3M menjadi Lembaga Pengabdian Masyarakat. Sejak 2021 lalu, LRI UMY dinakhodai seorang perempuan, yakni Profesor Dyah Mutiarin. Bukan asal Arin-sapaan akrab Dyah Mutiarin- ditunjuk menjadi kepala LRI.
Guru besar kelahiran 8 November 1971 itu pantas mengemban amanah tersebut dengan latar belakang akademisnya maupun kepribadiannya sehingga ia mampu melebihi kandidat yang lainnya.

Arin sebelumnya menjabat sebagai Kepala Divisi Penelitian pada 2018-2021 di LP3M. Sebelumnya pada 2013-2018 ia menjabat sebagai Ketua Program Studi Magister Ilmu Pemerintahan Pascasarjana UMY. Sebelumnya lagi menjadi sekretaris di prodi yang sama. Arin memiliki segudang prestasi di bidang penelitian. Setidaknya sejak lima tahun terakhir ia sudah menghasilkan sebanyak 15 penelitian dan publikasi.

Selain Arin, struktur LRI UMY juga didominasi perempuan. Ada dua perempun lainnya di struktur LRI. Keduanya adalah apt. RR. Sabtanti Harimurti, M.Sc, Ph.D sebagai Kepala Divisi Penguatan Riset dan  Dr drh Tri Wulandari Kesetyaningsih MKes sebagai Kepala Divisi Penguatan Publikasi dan Jurnal.

Sementara satu lagi seorang laki-laki, yakni Ir. Agus Jamal, M.Eng., IPM. sebagai Kepala Divisi Inovasi dan Komersialisasi Produk.

Arin mengatakan dominasi perempuan di struktur LRI murni karena kemampuan dan rekam jejak. “Misalnya  kepala Divisi Riset mencari orang yang rekam jejak bagus terkait dengan penelitian dan banyak berkolaborasi ke luar negeri untuk menunjang visi misi LRI. Kebetulan kandidat ada laki dan perempuan dan ternyata nilai lebih bagus Bu Sabtanti,” katanya.

“Waktu membentuk itu minimal dua perempuan, dua laki-laki. Ternyata dalam perjalanannya kandidat lebih unggul perempuan. Kita inginkan komposisi laki-laki dan perempuan ada. Ada laki-laki dan perempuan sekaligus penguatan perempuan di struktural UMY,” ujarnya.

Hal ini juga selaras dengan kebijakan di UMY yang memberi peran yang seimbang baik bagi dosen perempuan maupun dosen laki-laki.

Arin menilai perempuan punya kemampuan-kemampuan dalam hal ketahanan mental. Bisa melaksanakan tugas domestik dan publik sekaligus dan dapat berjalan dengan baik. Resiliensnya lebih bagus dan multitasking.

Ia berharap komposisi struktur LRI saat ini bisa membawa LRI mencapai research excellence university 2025. Arin berujar UMY dicanangkan sebagai research excellence university  artinya riset jadi tumpuan. Pertama bisa terpadu dalam pembelajaran dan kedua terpadu dalam pengabdian masyarakat dan yang ketiga bisa membentuk keunggulan riset dosen dan mahasiswa.

“Dosen dan mahasiswa UMY unggul dalam kompetisi riset, dari sisi prestasi dosen secara nasional dalam riset kita banyak dapat hibah dari eksternal misal dari DRTPM, BRIN, LPDP, Erasmus, dan sumber-sumber yang lain.”

Selain itu, risetnya juga berdampak bagi dunia industri dan masyarakat. Artinya bisa digunakan. Digunakan dalam arti menghasilkan output publikasi, kemudian menghasilkan kekayaan intelektual berupa hak cipta, hak paten dan jenis kekayaan intelektual yang lain.

“Riset perlu menghasilkan inovasi. Inovasi ada tiga kata kunci, pertama riset harus kolaborasi dengan multistakeholders dan bersifat multidisiplin. Tidak bisa dosen meneliti sendiri tanpa melibatkan stakeholders. Harus kolaborasi. Kedua harus mampu bersifat inovatif yang dibutuhkan masyarakat, ada unsur kebaruan,” ujarnya.

Misal penelitian tentang penjernih air sudah biasa. Tapi penjernih bisa gunakan alat bantu lampu UV itu berbeda, ada unsur kebaruan.

“Atau misal rumah sakit sudah punya semacam alat untuk sterilisasi udara pasti sudah punya tapi yang ada inovasinya seperti apa, misal mengggunakan gelombang ultrasonic atau gunakan sinar UV jadi ada inovasinya. Hal lain terkait dengan penelitian sosial misalnya, digital government sudah menjadi keharusan untuk mempermudah pelayanan publik, namun model digital government yang mampu memfokuskan pada interoperabilitas data, integrasi data, ini yang lebih diperlukan oleh masyarakat, sehingga apa yang dibutuhkan masyarakat bisa kita tangkap,” kata Arin.

Lebih lanjut Arin mengatakan jumlah penelitian di UMY sampai saat ini setiap tahun berkisar antara 650 – 750 riset dan hampir merata antara dosen laki-laki dan perempuan. Hal ini karena UMY memiliki Indeks Kinerja Strategis yang mengamanatkan seluruh dosen minimal memiliki 1 riset, 1 pengabdian dan 1 publikasi tiap tahun. Sementara hak cipta ada sekitar 1.800-an dan hak paten 189. Hak paten adalah berkaitan dengan hak eksklusif inventor atas invensi di bidang teknologi.

Sementara hak cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif atas suatu karya. Bahkan, terkait Hak Kekayaan Intelektual ini, UMY mendapatkan apresiasi dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia pada 2022 lalu.

Kepala Divisi Penguatan Riset LRI UMY, Sabtandi Harimurti menambakan model riset sekarang sudah berubah dari beberapa tahun lalu. Mulai 2021 model riset menuju hilirisasi produk. Karena menuju hilirisasi produk, riset pengembangan harus kalaborasi.

Simak selengkapnya di sini